Mengisahkan pengurangan senjata pemusnah masal.
Kisah tentang Bambang Sekutrem yang mendapatkan senjata pusaka dari Kahyangan, dan juga akan di sampaikan pula pesenjataaan para Pandawa dan Kurawa, serta pengurangan senjata pemusnah masal oleh Prabu Kresna, dilakukan baik di pihak Kurawa maupun di pihak Pandawa sendiri.
Bambang Sekutrem, adalah putera Begawan Manumayasa, diminta sraya oleh dewa untuk mengusir pasukan Prabu Kalimantara dari Negeri Cempaka Kawedar beserta para perajuritnya. yang telah merusak kahyangan Jonggringsaloka,
Batara Narada turun ke marcapada menemui Begawan Manumayasa. Batara Narada meminta Begawan Manumayasa untuk mengijinkannya mengajak Bambang Sekutrem ke Kahyangan, menjadi jago dewa untuk mengusir musuh yang telah memasuki Kahyangan Jonggringsaloka.
Begawan Manumayasa memberikan restu kepada puteranya, Bambang Sekutrem, untuk membantu para dewa mengusir musuh dari Negeri Cempaka Kawedar,yang sekarang ini menguasai Kahyangan Jonggringsaloka.Prabu Kalimantara, beserta pasukannya, yang diperkuat oleh Aria Tunggulnaga, telah berhasil memasuki Gerbang Selamatangkep. Yaitu, dengan membobol Gerbang Selamatangkep. Para Dewa merasa kewalahan menghadapi musuh musuhnya. Akhirnya Bambang Sekutrem bersama Batara Narada pun telah sampai di Kahyangan. Untuk memberikan kekuatan Bambang Sekutrem, baik kekuatan jiwa dan raga yang akan melawan Prabu Kalimantara, maka Batara Brahma memberikan pusaka Pulanggeni kepada Bambang Sekutrem..
Prabu Kalimantara tertawa terbahak bahak, ketika mengetahui para dewata tidak berani lagi melawan mereka, justru para dewa membawa orang biasa yang dijagokan untuk melawan mereka. Dengan sungkan hati Prabu Kalimantara melayani perlawanan Bambang Sekutrem. Namun dengan kegesitan dan kekuatan Bambang Sekutrem dalam melawan Prabu Kalimantara beserta pasukannya, Prabu Kalimantara beserta pasukannya dapat dibinasakan oleh Bambang Sekutrem,
Namun kemudian terjadi keajaiban, prabu Kalimantara beserta pasukannya berubah menjadi pusaka pusaka sakti. Prabu Kalimantara menjadi Pusaka Jamus Kalimasada, mereka ada yang menjadi songsong Tunggulnaga, tombak Karawelang, serta pusaka pusaka, Sarotama, Ardadedali, serta pusaka pusaka yang lain.Pusaka Pasopati didapat Arjuna sewaktu bertapa di Indrakila. Para Dewa memberikan semua pusaka pada Bambang Sekutrem. Disamping senjata pusaka, Bambang Sekutrem mendepat anugerah berupa pusaka itu. seorang bidadari bernama Dewi Nilawati. Bambang Sekutrem menikah dengan Dewi Nilawati, mendapatkan dua orang putera, yaitu Bambang Sakri dan Bambang Sayati. Bambang Sayati atau Bambang Sayadi ini nantinya akan menurunkan raja raja di Mandaraka. Bambang Sakri kawin dengan Dewi Sati mempunyai seorang putera bernama Bambang Pulasara
Pusaka pusaka itu kemudian di kuasai secara turun temurun, dari Sekutrem diturunkan kepada Sakri, kemudian Sakri, Palasara, Abiyasa, Pandu, yang kemudian terakhir Pandawa, Sedangkan Pandawa,yang menguasai pusaka pusaka tersebut, Prabu Puntadewa,yang menguasai tiga pusaka, yaitu Jamus Kalimasada, tombak Kyai Songsong Tunggulnaga dan.tombak Karawelang..Sedangkan Arjuna, hampir semua pusaka di kuasainya, seperti Sarotama, Pulanggeni, Ardadedali. Dan beberapa pusaka lagi.Sewaktu Prabu Abiyasa nenunjuk Pandu mmenjadi raja, sudah sewajarnya semua pusaka diserahkan pada Pandu, sebagai raja Astina. Sehingga tanpa memberikan satu buah senjatapun kepada Drestarastra, Mungkin karena kekurangannya, maka Abioyasa, tidak memberikannya, dikhawatirkan bisa membahayakan Drestarastra itu sendiri, Demikian pula pada Para putra Drestarastra tidak ada yang mendapatkan pusaka. Sedangkan Para Kurawa tidak pernah memperebutkan pusaka pusaka tersebut, yang menjadi pikirannya hanya ingin menguasai istana dan negara Astina. Namun Abiyasa rupanya juga mencintai puteranya, yang memiiki kekurangannya, Abiyasa memberikan pusaka Kumbalageni.untuk menjaga keselamatan bagi Drestarastra. Yaitu jenis senjata yang dahsyat, yaitu aji ajian yang bisa mengeluarkan api yang luar biasa besarnya.,untuk menghancurkan musuh musuhnya, Namun, akhirnya Aji Kumbalageni membakar hutan dibawah kaki Gunung Indrakila, atau Haimalaya,. yang menjadikan tewasnya Dresatarastra, Gendari, Kunti, Yama Widura dan puteranya Sanjaya, yang bertapa ditempa itu,yang semula akan naik gunung Indrakila menuju puncak Kahyangan para dewata.
Hancurnya paara Kurawa bukan karena keseimbangan sernjata yang dimiliknya, walaupun Kurawa tidak menerima warisan pusaka, namun mereka memiliki orang orang sakti sekaligus dengan pusaka pusakanya yang dahsayat, seperti Adipati Karna yang memiliki Panah Kunta Wijayandanu, Kala Dite , Dursasana memiliki keris besar berbnama Kyai Barla, Dursala memiliki aji Gineng dsan aji pengrayangan, juga prabu Salya memiliki pusaka Brahala Candrabirawa, Pandita Durna memiliki Pusaka Nracabala, dan Bisma mempunyai pusaka Tamengwesi, terakhir Prabu Drestarastra juga mwemiliki pusaka Kumbalageni. namun mereka tidak menggunakan dengan baik. Juga Baladewa yang memiliki Pusaka ampuh Nanggala dan Pusaka Alugara, juga termakan siasat Prabu Kresna, sehingga Baladewa harus bertapa di Grojogansewu sampai Perang Baratayudha selesai.Hal tersebut dilakukan Kresna untuk mengurangi persenjataan pemusnah masal, dengan mengurangi pusaka pusaka yang dmiliki Baladewa, sedangkan di pihak Pandawa, Prabu Kresna melucuti persenjataan Antasena, Antareja dan Wisanggeni. Ada dua versi, versi pertama mereka bertiga melakukan bunuh diri, versi lain mengembalikan para putera Dewa dikembali ka ke Kekahyangan, Wisanggeni kembali ke Kahyangan Bathara Brahma,yaitu, Daksinageni, Antareja ke kahyangan Saptapratala, sedangkan Antasena, kembali ke istana Paranggudadi Kahyangan Dasar Samodera, tempat Sanghyang Baruna.bertahta; Keunggulan Kurawa terdapat paada gelar perang khususnya Cakrabriha, ciptaan sesepuh Kurawa, yang sebenarnya juga sesepuh Pandawa, hanya saja mereka ikut Kurwa. juga Pandawa, yaitu Bisma dan Pandita Durna.
Para Pandawa memerintah Negara Astina setelah perang Baratayudha. selama tigapuluh enam tahun, yang kemudian menyusul para sesepuh yang tewas karena kebakaraan di hutan, Sebelum Pandawa melakukan perjalanan kepuncak Himalaya, para Pandawa membuang senua pusaka yang ada dalam kekuasaannya ke dalam sumur yang dijumpainya dalam perjalanan, mereka takut terjadinya perang Baratayudha yang kedua. Karena Perang Baratayudha sendiri telah menimbulkan Korban begitu dahsyat.
Para Pandawa telah menaiki puncak gunungHimalaya . Dalam pendakian itu, semua Pandawa dan Dewi Drupadi tewas, kecuali Puntadewa yang selamat berkat menolong seekor anjing kecil yang hampir mati tenggelam dalam cairan es, yang sebelumnya sang anjing selalu mengikuti para Pndawa sejak dari awal menaiki gunung, sampai dipuncak gunung Himalaya , yang ternyata anjing itu, yang tak lain adalah Sanghyang Darma, ayahanda Prabu Puntadewa, Prabu Puntadewa menyentuh kaki dan menciumnya, untuk menghormati ayahnya.
Para Pandawa telah menaiki puncak gunung
Sedangkan raja yang menggantikan Pandawa, adalah seorang pemuda putera Abimanyu, dan cucu Arjuna. Tindakannya tidak sdeperti orabg Pandawa, ia gampang marah, dan suka menghina rakyatnya, khususnya seorang Pendita yang sedang bertapa, yang ditemui Parikesit. ketika mengejar buruannya, berupa seekor kijang, Parikesit mengalungkan bangkai ular ke leher Pendita. peristiwa itulah yang menimbulkan terjadi asal mulanya Parikesit menjadi tewas.. Parikesit menjadi raja pada usia tigapuluh enam tahunan, namun karakternya kurang baik, dan tidak bisa menjadi tauladan bagi rakyatnya. Parikesit tewas akibat gigitan raja ular Nagataksaka.
Prabu Parikesit inilah yang akan akan menurunkan raja raja Astina berikutnya, setelah Prabu Abiyasa atau Prabu Kresna Dwipayana, sampai Pandu, Puntadewa dan baru, Prabu Parikesit dan beserta keturunan berikutnya.Konon dari Prabu Parikesit ini akan menurunkan cerita wayang Jawa, yaitu cerita Panji Asmara Bangun, bahkan sampai Raja Anglingdarma, kelak di kemudian hari, sedangkan Astina kemudian berubah menjadi Yawastina, yang kemudian hancur sebelum Anglingdarma muncul. Itu menandai dimulainya sejarah Wayang Indonesia khususnya, Jawa, termasuk juga cerita Babad Tanah Jawa,
Wayang Wayang